Apa kata Tan Mei
Hwa agar pengajiannya diminati banyak orang? “Saya selalu melibatkan
audiens. Jadi mereka merasa dilibatkan tidak digurui”. Akunya. Selain
itu letak panggung harus dekat dengan jamaah tidak pakai podium dan
sedikit bumbu humor “Biar tidak tegang” kata bu nyai sapaan akrabnya.
Oleh jamaahnya Tan Mei Hwa juga mendapat julukan Bu Nyai gaul. Hal
itu karena dia selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Tan Mei Hwa yang pertama kali kondang berkat JTV ini juga tidak pernah
mengeluh meski job-nya banyak. “Orang itu kalau sudah enjoy sama
pekerjaan ya ga akan sambat”.
Satu hal yang selalu ditekankannya dalam setiap dakwah, Tan Mei Hwa
tidak pernah menyudutkan orang lain. Tidak sekalipun memeta-metakan
golongan. Karena itu dia juga bisa diterima digolongan apa saja. “Dakwah
itu pencerahan bukan provoksi” katanya.
Keberhasilan dakwahnya selama ini menurut dia juga karena apa yang
diucapkan juga menjadi perilakunya sehari-hari. “Penceramah itu harus
pelaku juga. Jadi tidak sekedar bicara, tapi ikut melakukannya” katanya
Yang menarik, ditengah kesibukan berdakwah Tan Mei Hwa tidak pernah
meninggalkan kewajiban sebagai isteri. Sehari-hari dia tetap memasak
untuk suaminya. Tak pernah menyuruh pembantu. “Masakan terenak itu
masakan istri” tuturnya lantas tertawa.
Perempuan kelihar 27 juli ini sangat bersyukur punya suami yang
selalu mendukung kegiatannya. “Alhamdulillah suami saya sangat sabar.
Saya banyak belajar darinya. Suami saya itu guru kehidupan bagi saya”
kata penceramah yang hobi baca ini.
Tak jarang ketika ceramah diluar kota, Ustadzah Tan Mei Hwa mengikut sertakan
anak dan suaminya, Aris suparno. Dengan begitu suami bisa memberikan
masukan mengenai respons jamaah atas ceramah Tan Mei Hwa. Sampai rumah
masukan itu jadi bahan evaluasi untuk perbaikan kualitas dikemudian
hari.
Selain memberikan ceramah, Tan Mei Hwa bersama suami juga membuka
lembaga bernama Az-Zahra. Lembaga ini bergerak dibidang training,
konsultasi dan juga majelis dzikir. Untuk training mereka melayani
perusahaan walau itu milik non muslim. “Kita terbuka untuk siapa saja,”
katanya
Sedang untuk konsultasi, Tan Mei Hwa tidak memungut biaya. Syaratnya
kliennya dibatasi satu orang saja tiap harinya. Dengan begitu konsultasi
atau masukan yang diberikan kepada klien lebih tepat sasaran. Selain
itu konsultan yang dimiliki Az-Zahra memang terbatas.
Lain lagi dengan majelis dzikir. Majelis ini hanya khusus perempuan
saja. Setiap ahad pagi mereka menggelar pengajian di rumah Tan Mei Hwa
dikawasan Benowo Surabaya. Gara-gara punya majelis tetap inilah
kemampuan seramah Tan Mei Hwa terus berkembang. Disitu dia juga menerima
masukan dari ibu-ibu tentang situasi aktual dimasyarakat, termasuk
perkembangan harga bahan-bahan pokok. Jangan heran isi ceramah Tan Mei
Hwa senantiasa pas dengan situasi yang di hadapi ibu-ibu dirumah.
Az-Zahra yang sudah membuka cabang di Tulungagung ini juga bergerak
dibidang kemanusiaan. Tiap tahun kata Tan Mei Hwa mereka memiliki agenda
rutin seperti mengadakan khitanan massal, bantuan sosial, dan
pengobatan gratis bagi warga lansia. Hebatnya lagi semua dana yang
digunakan diambil dari dana pribadinya. “Uang itu kalau disedehkahkan
ngak akan kecil malah tambah banyak, saya yakin itu” ujar sarjana hukum
itu.
Ustadzah Tan Mei Hwa bersama suami Aris Suparno punya prinsip hidup :
bagaimana bisa memberi manfaat banyak orang lain. Soal rezeki sudah diatur oleh Allah SWT.
source : http://mualaf.com